Saat itu, tidak jelas seting waktu dan tempat secara gamblang, pokoknya saat itu aku ada di sungai bersama ibuk dan bapakku. Beberapa saat kemudian adikku datang membawa padi untuk direndam untuk selanjutnya digunakan untuk benih menanam padi.

Namun saat menjelang sampai pada kami, tiba-tiba karung yang berisi padi yang dibawa adikku robek dan padi didalamnya berceceran di sungai. Melihat itu langsung saja ibuku memarahi adikku, yah kemarahan seperti yang biasa kurasakan dulu. Melihat adikku dimarahi aku berniat unuk membelanya.

Dan dengan alur yang sudah hampir terhapus di dalam pikiranku, akhirnya aku mengatakan yang selama ini ingin aku katakan pada kedua orang tuaku. “Apakah pernah tahu apa yang dipikirkan anak-anakmu, apakah tidak ingin ketika anak-anakmu punya masalah untuk turut membantunya, apakah tidak sakit ketika melihat anak-anakmu mendapatkan kesusahan, namun tak bisa membantunya. Kalau memang ingin membantunya, maka jangan hanya mau mendengan hal-hal yang bagus saja. Jangan lantas ketika melihat kesalahan anak-anakmu langsung memarahinya tanpa mau tahu duduk permasalahannya. Jika itu terjadi, maka anak-anakmu akan takut menceritakan hal-hal yang mungkin sebenarnya biasa, namun takut membuat marah.” Dan dengan beberapa alur yang hilang, akhirnya bapak ibuku bisa mengerti. Yah saat itulah terasa menjadi saat yang Sangat indah.

Namun keindahan itu tak berjalan lama. beberapa saat kemudian aku baru sadar, ternyata aku bermimpi. Ternyata pembicaraanku itu hanya mimpi.

Sungguh sangat kecewanya diriku. Ternyata semua itu tidaklah nyata.

Sebenarnya banyak hal yang ingin aku katakan kepada mereka, namun aku takut, takut kalau dimarahi, takut kalau begini, takut kalau begitu, meskipun hanya sekedar ingin menceritakan kabarku.

Aku iri ketika mendengar cerita teman-temanku yang begitu dekat dengan orang tuanya, apa lagi kalau yang bercerita perempuan yang sangat dekat dengan ibunya. Aku iri pada mereka yang bisa bercanda bersama orang tuanya.

Sedangkan aku, meski orang tuaku masih lengkap, namun aku tak bisa bercerita saat dirumah, apa lagi untuk untuk menanyakan mengenai masalah. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan ketika aku tak bisa memecahkan masalah. Hanya menghindar, dan hanya berharap waktu kan menghapusnya.